LABIRINKU


Mengapa hatiku sangat hampa? Aku tidak merasakan kebahagiaan sama sekali. Saat aku tersenyum, tertawa, atau bercanda , itu semua sama sekali tidak mencerminkan kebahagiaan ku yang sesungguhnya. Mungkin itu bisa disebut hanya pengalihan semata untuk rasa sakitku agar mereka tidak mengetahuinya.

Saat ini aku merasa berada didalam sebuah labirin yang dipenuhi oleh potongan-potongan kenangan yang menyakitkan. Disana sangat gelap, tak ada siapapun yang bisa menolongku. Sejujurnya aku takut, tapi entah ada rasa nyaman yang kurasakan saat berada disana. Seperti tempat itu dirangkai memang khusus untukku. Aku tidak bisa keluar dari sana, karena labirin itu seperti mengurung ku. Banyak tempat-tempat yang memiliki jalan buntu. Di setiap tempat tersebut mempertontonkan sesuatu yang hanya membuatku merasakan sakit yang sangat teramat. Membuat air mataku terus mengalir tiada henti. Jika kalian bertanya, kenapa kamu tidak berusaha untuk keluar dari tempat tersebut? Karena aku tidak bisa. Seberusaha apapun aku, pada akhirnya aku kembali lagi ke labirin tersebut. Seolah aku dan tempat tersebut memang ditakdirkan untuk saling terikat. Sesungguhnya aku takut untuk melangkah, karena aku tau aku tidak berdaya.

Di beberapa tempat dalam labirin tersebut beberapa kali memperlihatkan orang-orang yang menyerupai kawan-kawan terdekatku, keluargaku, dan orang yang ku sayangi. Mereka semua seakan menertawaiku, menganggapku remeh, tidak memperdulikanku, dan menjauhiku. Mereka membuatku seperti orang yang tak berguna dan tak berarti. Aku hanya seperti angin lalu bagi hidup mereka. Meski aku menganggap mereka semua special, tapi tidak bagi mereka. Seringkali aku berpikir apakah aku sahabat bagi mereka? apakah aku pantas untuk dicintai? Apakah aku pantas untuk dilahirkan ke dunia ini? kenapa dunia ini sangat tidak adil? Kenapa Tuhan menciptakanku? Kenapa Tuhan memberikanku semua rasa sakit ini? kenapa harus aku? Pemikiran seperti itu yang selalu menghantuiku setiap hari. Sungguh itu sangat menyiksa. Sangat menyiksa jika semua apa yang aku pikirkan benar.

Apa aku bisa tersenyum dan tertawa karena benar-benar bahagia?

Apa aku bisa keluar dari labirin tersebut?

Sejak aku masuk ke dalam labirin tersebut, aku tak punya selera untuk hidup lagi. Aku menjadi sangat gila. Seolah labirin itu merenggut semua kebahagiaan yang pernah ku punya. Atau memang labirin tersebut ingin memperlihatkan sisiku yang sesungguhnya, yaitu sisi gelap yang memang sudah tertanam sejak aku kecil. Apakah kebahagiaan yang aku pernah punya selama ini hanyalah sebuah ilusi saja? Ilusi agar aku menutupi semua rasa sakit yang sudah ada sejak aku lahir ke dunia.

Aku ingin membunuh semua rasa sakit ini, tapi berarti itu tandanya aku harus membunuh diriku juga. Aku ingin, tapi aku tak sanggup. Beberapa kali aku memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup, tapi berakhir aku sebagai pengecut. Tuhan seperti menahanku dengan pemikiran ‘dosa’. Andai aku tak kenal kata dosa, andai aku tidak memikirkan bagaimana perjalananku diakhirat nanti pasti sudah kulakukan sejak dulu untuk membunuh rasa sakit yang tertanam di diriku.

Aku akan berusaha untuk bertahan, dan terus berjalan sendiri, sampai Tuhan yang menentukan kapan semuanya harus berakhir. Karena hanya Tuhan yang tau semua scenario hidup ini, bukan?




Komentar