Andai Hati Dapat Berbicara

Jika hati dapat berbicara mungkin ia akan mengungkapkan semua apa yang ia rasakan. Mungkin ia akan menjadi sosok yang bawel dan pemarah, sosok yang selalu protes, atau ia akan menjadi sosok teman sejatimu. Tapi sayang saja, Tuhan tidak menciptakan hati untuk bisa berbicara. Tapi Tuhan menciptakan hati untuk jadi perasa yang hebat. 

Manusia tanpa punya hati yang bersih takkan bisa hidup damai, pasti dia akan menjadi seorang yang jahat, pendendam, dan pendengki. Bersyukurlah, Tuhan telah menciptakan hati manusia yang bersih sejak manusia itu dilahirkan ke dunia ini. Menjadi sosok bayi mungil yang tak punya dosa. Berlalunya waktu manusia akan tumbuh menjadi dewasa, dibesarkan di lingkungan berbeda dan itu akan membentuk karakter hatinya. Menjadi manusia yang baik atau jahat, itu pilihannya. 

Coba bayangkan, jika hati kita bisa berbicara. Pasti ia akan mengeluarkan semua unek-uneknya. Tapi itu tidak akan menjadi logis. Ada sebuah cerita fiktif yang menceritakan tentang hati manusia yang baik (istri) dan jahat (suami). Mereka dipersatukan oleh Tuhan. Perbedaan takkan menjadi halangan, karna mereka berfikir setelah mereka bersama perbedaan itu akan hilang. Tapi ternyata praduga mereka salah. Manusia yang jahat selalu saja semena-mena dengan manusia yang baik. Dia selalu memperintah istrinya yang baik, dan istrinya selalu menurut apa yang diperintahkannya. Istrinya selalu sabar dan ikhlas menghadapi kelakuan suaminya. Meskipun dia tak pernah di beri nafkah batin dan juga sering dipukuli. Tapi sang istri terus mencoba bertahan demi cintanya. 

Apakah cinta yang telah tersakiti pantas diperjuangkan? Itulah bodohnya cinta manusia. Manusia mencintai tak pernah memandang betapa sakitnya itu buat dia, apakah itu salah, apakah itu dosa, dan apakah itu pantas. Yang manusia yakini bahwa cinta itu membawa kebahagiaan. Tapi tanpa disadari cinta Allah lah yang lebih besar untuk kita umat manusia. Betapa mirisnya ternyata cinta Allah malah diabaikan. 

Suatu hari, sang istri menangis dan mengadu dihadapan Allah, ia berkata : “YaAllah, aku tau ini cobaan darimu, aku tau kau memberikan cobaan ini untuk menguji keimananku, dan aku tau kau tak pernah memberikan cobaan kepada umatmu lebih dari kemampuannya. Tapi jika aku boleh jujur aku ingin mengeluh kepadamu. Aku sudah tidak sanggup menghadapinya, dia suamiku sudah tidak menghargaiku sebagai istrinya lagi. Dia lebih milih tinggal bersama wanita lain. Hatiku perih saat melihatnya bersama wanita itu. Aku rela dipukuli, aku rela dicaci maki, aku rela disuruh seperti babu, tapi aku tidak pernah rela melihatnya tinggal satu kasur dengan wanita lain. Apa kesabaran dan pengabdianku sebagai istri selama ini masih kurang? Apa lagi yang harus aku perbuat yaAllah?  Tolong bantu aku keluar dari pusaran api ini, yaAllah. 

Lalu, Tuhan pun berkata : “Aku akan menunjukan sesuatu kepadamu. Agar kamu tau apa yang harus kamu lakukan”   

Dan kemudian… 
“Aku adalah hatimu yang merasakan perih dan kesakitanmu selama ini. Aku telah mati. Bertubi-tubi dipukuli, dicambuk, digores dengan suatu perlakuan dan perkataan yang kasar dari suamimu. Aku ini bernyawa, aku pun perasa. Tapi mengapa suamimu tega menyakitiku?. Apa kau tau bagaimana rasanya menjadi aku? Apa kau tau seberapa rasa sakit aku ketika suamimu menyakitiku? Apa kau tau?! Tidak! Kau tidak akan pernah tau! Karna kau hanya memikirkan keegoisan cintamu! Disini, didalam dirimu aku menangis, menjerit kesakitan. Aku ingin kamu bebas, aku ingin kamu seperti kupu-kupu, yang bisa terbang kemana saja yang kamu inginkan. Aku ingin kamu seperti udara yang menjadi penyejuk untuk semua orang. Tapi lihat kamu sekarang! Kamu bagaikan hidup didalam penjara. Gelap, sunyi, kotor, dan tertekan. Kamu dan aku seperti di borgol, kita tak bisa melepas borgol itu, dan hanya kamu yang bisa melepaskan borgol itu. Rasanya aku ingin berlari dan berteriak, mengajakmu pergi dari situasi ini, tapi apa daya aku tak sanggup. Aku tak punya kaki untuk berjalan, aku tak punya mata untuk melihat, aku tak punya otak untuk berpikir, tapi kamu punya itu semua. Aku yakin jika kamu punya keyakinan dan keberanian kamu bisa lepas dari suamimu yang jahat itu. Ayolah ragaku, kamu pasti bisa keluar dari masalah ini. Izinkan aku merasakan kebahagiaan. Aku mohon.” Suara aneh itu pun hilang. Dan sang istri masih terkejut dengan apa yang ia dengar.   

“Kamu benar hatiku, aku harus punya keberanian untuk keluar dari sarang harimau. Baik kalau begitu, aku putuskan aku ingin bercerai!” kata sang istri.   

Akhirnya sang istri pun mengumpulkan keberanian untuk melawan suaminya yang jahat. Ia menggugat cerai suaminya dan melaporkannya ke polisian atas tuduhan kekerasan dalam rumah tangga. Pada akhirnya wanita baik ini terlepas dari semuanya, ia bisa merasakan udara segar, kebebasan, dan kebahagian lagi.   

Intinya, setiap manusia diberikan hati oleh Tuhan bukan untuk disakiti tapi dikasihi. Kasihilah orang yang berada disekitarmu, jangan pernah sakiti hatinya, jika kita tidak mau disakiti. Kalau ingin hidup damai jangan sakiti sesama. Dan satu lagi, Tuhan tidak menciptakan manusia yang baik dan jahat. Tuhan menciptakan hati yang suci. Yang menentukan hatimu baik atau jahat, itu diri kamu sendiri. Jadi, bergaulah dengan orang yang baik karna memberikan nilai positif kepadamu.

Komentar