MALAM ITU


Malam itu, kuputuskan bahwa duniaku sudah hancur. Peristiwa yang benar aku takuti terjadi. Peristiwa yang tidak diinginkan oleh semua anak, peristiwa yang akan menyakitkan bagi sang anak, peristiwa yang akan selalu membekas di lubuk hati sang anak, peristiwa yang akan jadi akhir dunia bagi sang anak, yaitu perpisahan orang tua.

Malam itu, menjadi malam mencengkam dalam hidupku. Sebenarnya itu bukan pertama kalinya, hal itu juga pernah terjadi, bahkan sering terjadi sejak aku kecil. Pertengkaran. Iya pertengkaran yang selalu kulihat sejak kecil sangat membekas erat dalam hidupku. Pertengkaran orang tua dan kakak-kakak ku membuatku ketakutan setengah mati. Aku benci akan pertengkaran. Aku takut mendengar suara keributan. Aku takut  mendengar suara perpecahan.

Malam itu, aku mendengar semuanya. Orang tuaku bertengkar, abangku berteriak, kakakku berbicara dengan lantang, gedoran pintu, dobrakan pintu, bantingan kursi, suara kompor menyala, umpatan kasar, semua terdengar jelas ditelingaku. Aku hanya bisa meringkuk diatas tempat tidur sembari menutup telinga dan menangis sekuatku. Tubuhku bergetar, aku benar-benar sangat ketakutan. Pikiranku kacau, hatiku sesak. Aku ingin menjerit sekencang mungkin dan bilang “Berhenti!” dihadapan mereka, tapi aku tak bisa, aku tak kuat untuk mengatakan itu. aku sangat begitu ketakutan hingga aku ingin lari saat itu juga.

Malam itu aku benar-benar butuh seseorang untuk merangkulku dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi nyatanya saat itu aku tidak memiliki siapa-siapa. Tidak ada satu pun orang disisiku yang bisa kuandalkan. Sahabat-sahabatku, teman dekatku, pacarku, semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing, dan aku tak bisa mengganggu mereka. Bukan, aku lah yang tidak mau mengganggu liburan mereka dengan kisah menyedihkanku ini.

Malam itu, aku tidak punya tempat untuk mengadu, aku tidak punya tempat untuk bersandar. Aku benar-benar merasa sendiri, sembari dibaluti dengan rasa kesepian dan rasa keputusasaan yang mencekat aku berusaha tegar. 
{ I need you guys, i need you here, truly:( }

Malam itu, rasa ketakutan yang luar biasa mengerubungiku hingga membuatku ingin pergi jauh saja dari dunia ini. Kenyataan pahit yang terjadi tambah membuatku ingin mengakhiri semuanya. Ketakutan itu pun membuat kenangan pahit dari masa laluku terbuka, dan berlalulalang bebas dipikiranku. Semuanya bersatu dan menerkamku secara bertubi-tubi hingga membuatku merasakan sakit yang tak bisa dijelaskan.

Malam itu, aku tak bisa berpikir jernih, yang ada dipikiranku hanyalah aku harus pergi jauh dari dunia ini. Entah aku ingin pergi kemana. Yang jelas aku ingin pergi jauh saja dari dunia ini. Kalau bisa aku ingin membunuh waktu, atau aku ingin memutar waktu, agar semua ini tidak terjadi pada hidupku.

Aku tau, aku memang lemah, aku begitu naïf, aku begitu egois, egois yang hanya memikirkan kesedihan ku saja. Aku tak memikirkan bagaimana perasaan mamaku malam itu, aku tak memikirkan bagaimana perasaan papaku malam itu, aku tak memikirkan bagaimana perasaan kakak-kakak ku malam itu. yang kupikirkan hanya rasa sakit ku saja.

Andai aku punya perasaan sekuat baja, andai aku punya seribu keberanian, andai aku bisa bersikap dewasa, aku akan memilih untuk tidak menjadi cengeng malam itu, aku akan mengutarakan semua kepenatan yang ada dipikiranku, kesesakan yang ada dihatiku. Agar mereka tau, ada aku yang masih membutuhkan mereka. Agar mereka tau, aku tidak ingin mereka berpisah. Agar mereka tau, aku tidak ingin tambah merasakan kesepian lagi. Dengan mereka tidak berpisah saja sudah membuatku merasa kesepian, apalagi jika mereka berpisah, kekosongan hatiku akan bertambah besar. Aku hanya ingin mempunyai keluarga yang harmonis, seperti layaknya keluarga normal lainnya. Tanpa ada pertengkaran, dan perpisahan. Hanya ada kedamain saja. Hanya itu yang ku inginkan.

Malam itu, hidupku seperti tersambar petir yang sekejap menghancurkan duniaku.

                                                                                     
Malam itu
-16 Juni 2018-



Komentar