Pergi Saja

Rasa ego mengalahkan semuanya. Semua yang telah dipupuk secara teratur, ditanam secara rapi, dirawat secara baik. tapi kini semua hancur. Hancur karna kebodohan dan keegoisannya. Usahanya selama ini hanya sia-sia. Dari awal ia berjuang untuk mendapatkan laki-laki yang notabendnya cuek. Padahal ia tidak suka laki-laki yang cuek. Tapi ia yakin bahwa laki-laki itu tidak seperti masa lalunya. Ia tetap terus berusaha membuat laki-laki itu tertarik padanya. Walaupun laki-laki itu awalnya tidak merespon sama sekali. Laki-laki pun itu telah membuat komitmennya goyah. Tapi ia tetap sabar menunggunya. Sampai pada akhirnya tumbuh rasa bosan untuk mendapatkannya. Laki-laki itu terlalu lama menggantungkannya. Entah karna apa. Mungkin karna dia punya beberapa pilihan. Saat ia memutuskan untuk menjauh, laki-laki itu seakan manahannya untuk menjauh. Dia menjadi perhatian. Sosok yang cuek seperti hilang ditelan bumi. Dan lebih mengagetkannya laki-laki itu sehentak meminta ia untuk menjadi kekasihnya. Dengan sejuta pertimbangan akhirnya ia menerimanya. Yup, ini yang ia mau dari awal. Ia berhasil menaklukan laki-laki cuek itu.

Ia telah mendapatkan apa yang ia mau. Dengan seiring berjalannya waktu hubungan mereka baik-baik saja. Belum ada pengganggu. Tapi mungkin berantem-berantem kecil ada. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Walaupun sifat perempuan itu seperti bocah, sering ambekan, moodyan, sedikit egois, emosinya labil, yah layaknya bocah. Tapi laki-laki itu sabar menghadapinya. Meskipun perempuan itu minta ia meninggalkannya, tapi laki-laki itu tetap bertahan. Memang laki-laki yang sabar itu harus dipertahankan.

Waktu terus bergulir, tak ada hubungan yang mulus perjalanannya. Cobaan pun menghinggap dihubungan mereka. Sekarang laki-laki itu yang diuji kesabarannya. Ia sang perempuan mengalami syndrome kebosanan saat berhubungan. Entah apa yang dirasa oleh perempuan itu. Tapi rasa bosan itu terus melanda dirinya, dan itu membuat perubahan di dirinya. Ia menjadi cuek, masa bodoan, gak asik, gampang marah, hatinya benar-benar lagi tergoyahkan. Tapi ia terus mencoba melawan rasa bosan itu, tetap mencoba menjadi yang terbaik dan memperhatikannya.

Tapi apa daya, badai sudah melanda hubungan mereka. Laki-laki itu kini sudah mati rasa dengannya. Dan mati rasa itu berarti sudah tidak ada rasa sayang lagi. Ia bingung harus bagaimana lagi mempertahankan hubungannya. Padahal ia sudah merubah sikapnya demi laki-laki itu. ia berusaha untuk seperti dulu. Tapi mau dikata apalagi sekuat-kuatnya tiang berdiri ketika badai datang akan roboh juga. sekuat-kuatnya mereka mempertahankan hubungan itu suatu saat akan berpisah juga.

Hubungan yang sudah terjalin selama 358 hari kini usai. Karna kebodohan perempuan itu. ia selalu dihantui rasa bersalah. Ia merasa terpojokan. Kini ia menyesal. Sekarang ia hanya mencoba untuk tegar, untuk ikhlas, untuk sabar, dan tidak menyalahkan dirinya lagi. Tanpa sepengetahuan orang lain dan laki-laki itu sebenarnya perempuan itu rapuh, butuh tempat sandaran, dan baginya hanya memo lah yang dapat menegerti isi hatinya. Karna seisi dunia tidak akan bisa mengerti. Sekalipun sahabatnya.


Pergi saja sesuka hatimu. Pergi cari yang lebih baik dariku. Jangan pernah kau bilang bahwa kau masih sayang padaku. Jangan pernah kau bilang bahwa keputusanmu ini terbaik untukku. Dan jangan pernah bilang kau meninggalkanku karna tidak ingin aku merasakan sakit yang lebih. Karna bagiku semua itu basi! Jika kau memang sayang padaku seharusnya kau memberikan kesempatan untukku sekali lagi. Baru sebulanan dicuekin saja sudah keok, apakabar aku yang selama 3 bulanan menunggu kepastian dari kamu. aku tetap sabar dan menunggu. Tapi yasudahlah ini keputusanmu kan. Jika kau ingin kita berteman, aku setuju. Tapi aku tidak setuju jika kau meminta aku tidak menjauh darimu. Kamu tau kenapa? Karna aku tidak ingin dicampakan sehabis putus untuk ke tiga kalinya. Memang aku masih sayang sama kamu, rasa itu masih ada sampai saat ini. Tapi aku tidak ingin bodoh karna cinta. Aku tegar, ceria, dan gak galau. Terima kasih untuk 358 harinyaJ - pesan dari perempuan itu.

Komentar