Langit Tak Berbintang

“Kacau! Kacau gila mainnya! Bisa-bisa kita kalah nih” emosi bulan “Payah ah yang main!” dengan rasa kesal bulan melempar botol minum kosong ke arahku, lalu dia berjalan pergi. Botol itu kena keningku. Aku yang lagi asik menonton pertandingan, hanya menganga lebar saat terkena lemparan itu. “Ayo kantin aja, kita ke anak-anak.” Ajaknya. Dan aku hanya mengernyitkan dahi. Aku pikir dia bakal minta maaf, ternyata malah ngajak ke kantin. Bulan selalu begitu.
            Oh iya perkenalkan namaku Bintang Azalea Putri. Aku baru duduk dikelas 11. Aku bersekolah di salah satu SMK di Jakarta, dan jurusanku Administrasi Perkantoran. Bulan itu sahabatku, sahabat dari kecil. Sebelum kita lahir orang tua kita pun sudah bersahabat. Dari SD sampai sekarang aku selalu satu sekolah dengan Bulan. Mungkin nanti akan satu kampus lagi. Kita berdua selalu dibilang anak dempet. Karna kemana-kemana selalu berdua. Hobi sama, makanan favorite sama, mantan pun juga ada yang sama.
v   
            Hari ini kantin lagi ramai sekali. Soalnya sekolahku lagi mengadakan clasmeeting. Ya mengadakan pertandingan olahraga antar per jurusan. Setiap ada clasmeeting pasti lapangan dan kantin dipenuhi manusia-manusia yang ada disekolah. Karna kita gak boleh berada di kelas, semuanya harus di lapangan. Rese kan!
            Setiap menonton pertandingan aku dan teman-teman sejurusanku selalu setia duduk di Bundaran HI. Bukannya bundaran HI monas lho ya. Tapi ini tempat duduk yang modelnya melingkar seperti bundaran, makanya kita namai Bundaran HI. Kalau duduk disitu tampak jelas pertandingan yang ditonton.
            “Payah yang main!” celetuk bulan yang baru datang. “Gue yakin pasti kita kalah lagi. Pasti yang menang anak PJ. Curang sih anak cowok kita cuma ada dikit.” Celoteh bulan
            “Komen mulu kau kaya pesbuk!” kata salah satu temenku dengan logat batak.
         “Lan, seharusnya kita ngedukung mereka. Bukan bilang mereka payah. Anak AP itu gak ada yang payah kok. Kalau memang anak PJ yang menang, yaudah kita harus sportif.” Kataku.
         “Udahlah gak usah diributin. Mending kita makan saja. Lapar nih.” Kata pracusy dengan wajah memelas.          “Ayo tang makan mie ayam.” Pracusy menarik tanganku ke tukang mie ayam yang ada dipojok kantin.
         “Gue gak diajak nih?? Gitu kan kalian.” Kata Bulan sok ngambek.
         “Sini..!!” teriak pracusy.

            Oh iya Pracusy itu sahabat aku dan Bulan. Kami bersahabat sejak kelas 10. Dia selalu menjadi penengah antara aku dan Bulan jika kita berdebad. Aku dan Bulan sering berdebad. Apapun di debatin. Kita berdua memang sama-sama keras kepala.
v   
            Seperti biasa habis makan itu pasti kita (anak-anak AP) berselfie ria. Bagi kita sekali jepret itu tidak memuaskan. Bermacam gaya kita tampilkan. Ada yang bibirnya dimonyongin, lidahnya dikeluarin, matanya dijerengin, jarinya membentuk angka dua alias peace, dan berbagai macam lainnya. Itulah anak remaja sekarang, kalau berselfie macam-macam gaya. Saat lagi asik berselfie, tiba-tiba Bulan menganggetkan kita.
“Langit??” kata Bulan dengan nada tinggi, mata membelalak, dan bibir termenganga. “Eh sumpah itu beneran langit bukan sih?” tanya bulan dengan  menggoyang-goyangkan tanganku.
            “Iiih sakit!” jeritku
            “itu langit bukan?” tanyanya lagi.
            “Iya itu langit...” kataku dengan nada sedikit emosi.
            “Heboh banget kayaknya cuma liat langit doang.” Kata salah satu temanku yang bodynya semok.
          “Bukan gitu, dia bilang sama gue hari ini gak masuk. Eh tiba-tiba dia nongol, kan gue jadi bingung.” Jelas bulan.
          “Iyadeh sekarang yang lagi PDKT-an sama langit. Bentar lagi juga CLBK. kiwkiw” Ledek Farah yang mulutnya comel. Dan Bulan hanya terdiam. Suasana seketika menjadi hening dan kikuk. Hanya terdengar suara teriakan penonton lainnya.

            “Gue ke kelas dulu ya, mau ngambil powerbank.” Pamitku.
            “Gue anterin ya?” tanya Bulan. Dan aku hanya menggeleng, itu menandakan bahwa aku ingin sendiri. Aku langsung pergi meninggalkan kantin. “Lo sih far!” kata bulan dengan muka menekuk.
            “Bulan.. bulan, masih saja dekat dengan langit.” Kata pracusy.
v   
            Ini PR banget! cuma ingin naik ke kelas saja harus melewati penjaga dulu. Dan pasti gak bakal di izinin untuk naik ke kelas. Aku mencari akal agar bisa naik ke kelas, tapi otakku lagi mumet. Aku duduk didepan Lab.multimedia. Aku hanya melihati orang-orang yang berlalu lalang didepanku. Tapi pikiranku melayang kemana-mana. Seketika pikiran itu mampir ke Bulan dan Langit. Ada beberapa pertanyaan yang aku ingin tanyakan ke mereka. Apa benar mereka itu CLBK? Sejak kapan mereka dekat lagi? Entahlah aku tak ingin menghakimi seseorang. Saat aku sedang asik melamun, tiba-tiba ada seseorang yang membuyarkan lamunanku. “Sipit???” ternyata itu sipit. Nama aslinya Joni. Tapi dipanggilnya sipit, karna matanya dia merem mulu alias sipit. Padahal dia bukan orang cina. Mungkin waktu bagi-bagi mata, dia paling belakangan datangnya.
            “Sejak kapan lo disini?” tanyaku dengan heran
            “Baru saja. Tadi gue liat lo ngelamun, makanya gue samperin. Lo lagi ada masalah?.” Tanyanya. Dan aku hanya menggeleng. “Terus kenapa lo sendirian disini? Biasanya kan lo gabung tuh sama temen-temen lo.”
            “Gue pingin naik ke kelas, pingin ambil powerbank. Tapi lo liat sendiri kan disitu ada penjaganya, pasti gak bakal diizinin naik.” Kataku dengan wajah yang kurang enak dilihat. Seketika hening. Aku melihat ke arah sipit, dia seperti sedang mencari ide untuk bisa naik ke atas.
            “AHA! Gue tau. Kita minta bantuan saja sama langit. Pasti kalau sama langit lo dibolehin naik ke atas.” Jelasnya. Dan aku hanya mengernyitkan dahi. Rasanya setiap mendengar nama itu kupingku menjadi sakit. “Gue panggil dulu ya langitnya.” Sipit beranjak dari bangkunya dan langsung saja aku tarik tangannya. “Kenapa?” tanyanya dengan heran. Aku hanya menggeleng dan memasang raut muka yang seakan-akan memohon pada sipit agar dia tidak memanggil langit. “Lo kenapa lagi sih sama langit?” dia duduk lagi dibangkunya dan aku melepaskan tanganku dari pergelangan tangannya.
            “Gapapa..” jawabku dengan singkat.
          “Bohong! Udah gak mau cerita lagi nih sama gue? oke cukup tau aja.” Kata sipit yang membalikan tubuhnya menjadi membelakangiku.
            “Oke gue bakal certain ke lo. Jadi gini ceritanya.…”
            “Bintang..” celetuk bulan yang tiba-tiba datang. Karna kedatangan bulan aku jadi gagal cerita ke sipit. “Katanya mau ke kelas, kok malah duduk disini sih sama si joni?” tanyanya.
            “Gak bisa ke atas. Soalnya ada penjaganya tuh.” Kataku sambil menunjuk ke arah penjaga osis yang sedang berdiri.
            “Lebaynya ini sekolah. Berasa penjara. Dimana-mana ada penjaga. Gak sekalian saja tuh pakai jeruji besi” Kata bulan yang nyerocos. Dan aku tidak menanggapi omongannya.
                “Lo mau kemana lan?” tanyaku.
       “Ha? hmhm-haha-hmhm..ke..ke..” dengan nada gak jelas dan gugup, bulan menggaruk-garuk kepalanya.
            “Lo kenapa sih lan? Gugup banget kayaknya”. Tanya joni.
            “Gue mau ke---- ke---- ke UKS. Iya ke UKS hehe” kata bulan sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
            “Lo sakit?” tanyaku agak khawatir.
            “Aduh.. iya nih perut gue sakit.” Keluh bulan sambil memegang perutnya.
            “Gue anterin ya..” pintaku
            “Gak boleh!” katanya sedikit agak membentak. Dan aku hanya memasang muka bingung. “Makusdnya gak usah, gue sendiri juga bisa kok. Lo ke—ke pracusy saja, tadi dia nyariin lo. Yaudah gue ke UKS dulu ya byee..” dengan buru-buru bulan jalan ke arah UKS.
            “Ada yang aneh dengan si bulan.” Sipit mengernyitkan dahi, dan itu membuat matanya tambah tipis.
            “Sudahlah. Lo mau ikut gue ke cusy gak?” tanyaku.
            “Enggak deh. Gue ke anak-anak PJ saja.” Kata sipit. Aku dan sipit berpisah ditempat.
v   
            Riuh suara penonton berteriak. Ada yang berteriak AK!AK!, PJ!PJ!, dan anak AP pun gak mau ikut kalah. Kita juga berteriak AP!AP! padahal yang lagi tanding bukan anak AP. Ya begitulah kami, selalu meramekan suasana. Wajarlah AP itu kebanyakan anak perempuannya, makanya lebih sedikit rame tapi tetap cantik-cantik kok.
            Ditambah lagi suara MC yang bikin suasana semakin riuh. Jadi, panitia osis itu juga mengadakan kirim salam-salam, kita boleh kirim salam ke siapa saja yang ada di lingkungan sekolah lewat via sms. Setiap ada kiriman salam yang lucu pasti di tertawai. Yang bikin tambah kocak lagi MCnya itu benar-benar gokil, namanya Adit. Dia lawak banget, tapi suka garing.
            Saat aku sedang sibuk dengan ponselku, aku mendengar suara adit yang sedang membacakan salam-salam. Dan aku terdiam saat mendengar adit berbicara “Salam sayang buat kak langit yang sekarang lagi pacaran sama kak bulan. Wuhuuu kak langit jangan pacaran disekolah woiii”. Aku tidak mengerti maksud salam yang adit bacakan itu apa. Bukankah bulan sedang diruang UKS, entahlah. Aku langsung memfokuskan  ke ponselku lagi.
v   
            Sekarang lagi jam istirahat kedua. Waktunya makan siang dan sholat zuhur. Dan kita semua juga diperbolehkan masuk ke kelas. Ini lah saat yang ditunggu-tunggu, bisa masuk ke kelas. Di dalam kelas kita bebas mau melakukan apa saja. Mau tidur, mendengarkan lagu, curhat, apa saja bisa. Tapi biasanya pada ngegunain buat tidur.
            Tiba di dalam kelas aku langsung berbaring di lantai. Rasanya nikmat ketika badan sudah menyentuh lantai, seperti menyentuh kasur saja. Kalau rebahan di meja nanti gak sopan, kalau di dibangku sakit, jadi lebih enak di lantai. Biarkanlah kayak gembel yang penting nikmat.
            Tubuhku terbujur lemas dilantai, dan mataku tidak mau menutup. Aku melihat ke arah langit-langit kelas. Terlintas aku teringat kata-kata adit saat dia membacakan kiriman salam. Aku tidak perduli siapa yang mengirimkan. Tapi yang aku pikirkan, maksud isi salam itu apa. Kenapa orang itu bilang langit sama bulan pacaran. Setau aku, bulan sama langit itu sudah putus lama. Memang sih semenjak aku dan langit putus mereka jadi kayak dekat lagi. Tapi aku tau bulan, dia gak mungkin pacaran lagi sama langit. Apalagi aku sama langit baru saja putus. Dia gak mungkin setega itu sama aku.
            Aku sama langit pernah menjalin hubungan, dan kita putus seminggu yang lalu. Langit yang mutusin aku. Alasannya karna dia udah gak sayang sama aku lagi. Entahlah apa itu hanya alasannya saja agar dia bisa dekat sama cewek lain. Langit itu terkenal playboy disekolah. Gampang sekali dapat pacar. Baru juga putus, udah ngegebet cewek lain. Memang sih langit itu ganteng, perhatian, dan so sweet. Tapi apa kegantengan itu pelu diobral??
            Bodohnya aku, aku tidak pernah mendengar nasihat teman-temanku tentang langit. Mungkin karna terlalu sayang. Atau sudah terkena rayuan mautnya. Entahlah. Dia terlihat begitu manis tapi diam-diam dia seperti racun. Kapan saja bisa membunuh. Aku terbangun dari lamunanku ketika pracusy datang. Dia rebahan disebelahku.
            “Bulan kemana ya? Kok dia belum balik-balik.” Tanyanya sambil mengemut permen.
            “Mungkin dia masih di UKS, perutnya masih sakit.” Kataku sambil menatap langit-langit.
            “Ha?UKS?” tanyanya dengan kaget. Dia langsung bangun dari rebahannya. Aku hanya mengangguk. “Dia bilang sama gue tadi mau ke toilet. Kok jadi ke UKS. Yang benar yang mana???” Kata pracusy dengan raut wajah lemotnya. Aku pun langsung ikut bangun dari rebahanku.
            “Cari yuk..” ajakku sambil berjalan ke arah luar kelas.
            “Cari kemana?” tanyanya.
            “Udah ikut aja..” kataku yang sudah berada didepan pintu. Aku dan pracusy keliling sekolah mencari bulan.
v   
            Aku dan pracusy mencari bulan ke tiap lorong, ke UKS, ke perpus, ke kamar mandi, dan tanya-tanya ke teman, dan itu semua hasilnya nihil. Kita tidak menemukan bulan. Bulan seolah-olah ditelan malam hari. Dan hilang begitu saja di siang hari.
            Saat aku dan pracusy duduk di depan Lab.Multimedia, ada seseorang yang datang menghampiri. Dan itu ternyata si sipit. Baru saja sampai dihadapan aku dan cusy, dia langsung menarik tanganku dan membawaku pergi jauh dari cusy, seakan-akan dia ingin berbicara suatu  yang rahasia.
           
            “Apaan sih, sakit tau!” ku hempaskan tanganku dari genggaman sipit.
            “Gue pengen ngasih tau lo sesuatu tang.” Katanya dengan raut wajah yang flat, dan mata sipitnya yang menggoda.
            “Kasih tau apaan? Kalau lo lapar? Basi ah jon!” kataku sambil merapikan rok.
            “Bukan. Ini tuh penting. Tadi gue ngeliat.…”
            “Bintang, joni, kalian berduaan mulu nih daritadi, cieee lagi PDKT ya?” ledek bulan yang tiba-tiba datang.
            “Apaansih lan. Lo darimana saja sih? Gue sama cusy nyariin juga.” kataku.
            “Yaudah yuk kita ke cusy.” Ajaknya.
            “Sipit, gue duluan ya.” Pamitku.
            “Tapi gue…” sebelum joni selesai berbicara, aku dan bulan sudah pergi meninggalkannya.
v   
            MC sudah berkumandang, artinya kita semua harus meninggalkan kelas dan bergegas ke lapangan. Sebelum kita diusir-usirin sama pak Bakri. Dia terkenal guru yang sok galak, sok tampan, sok ditakuti, pokoknya serba sok.
            Aku, bulan, dan cusy sudah berada ditempat biasa, Bundaran HI. Kita menunggu anak-anak yang lain datang. Kali ini pertandingan anak kelas 2AP melawan anak kelas 2PJ. So pasti ini bakal rame banget. Apalagi yang main ada Langit, pasti adik kelas pada heboh. Itu menjijikan sekali saat mereka memuja-muji nama langit.
            Anak-anak jurusanku pun sudah berkumpul, begitupun dengan murid-murid lainnya. Pertandingan pun segera dimulai. Kali ini pertandingan futsal cowok. MC memanggil anak-anak dari kelas 2AP dan 2PJ. Saat mereka keluar apalagi saat langit keluar, cewek-cewek pada histeris. Kebanyakan adik kelas yang histeris. Dengan gaya yang so coolnya dia ke tengah lapangan, dan melihat ke arah tempat aku dan anak-anak AP lainnya duduk. Kemudian dia mengeluarkan jurusan andalannya, yaitu senyuman manis. Saat langit tersenyum tambah pada histeris. Sudah seperti melihat artis saja. Padahal masih manisan Aliando daripadanya.
            Dia terus tersenyum dan entah dia tersenyum kepada siapa. Saat aku mengikuti arah tatapan matanya. Ternyata dia sedang tersenyum dengan bulan. Dan bulan pun membalas senyumannya langit. Aku pun semakin bertanya-tanya. Ada apa diantara mereka berdua???
            “Wohoho!AP!AP!yoyoyo! Semangat yo! Kalian pasti bisa gan!” teriak salah satu teman sejurusanku dengan nada ngereff. Dan semua melihat ke arahnya. Seakan dia pusat tontonan. Dan tak lama kemudian kita pun tertawa. Dia hanya menggaruk-garuk kepala dan tertawa kecil.
v   
            Pertandingan hari ini telah usai. Futsal cowok tidak dimenangkan jurusan AP, melainkan jurusan PJ yang menang. Kecewa sih, tapi tidak apa-apa harus tetap semangat. Besok masih ada clasmeeting lagi. Dan itu pertandingan basket. Semoga aja besok jurusan AP yang memenangkan semuanya.
            Pintu gerbang belakang sudah terbuka lebar, tandanya anak-anak diperbolehkan pulang. Dan anak-anak pun langsung menyerbu untuk keluar. Seperti biasa aku selalu pulang belakangan. Karna aku menemani cusy pacaran dulu. Hem berasa obat nyamuk kalau sudah menemani mereka pacaran. Tapi kali ini gak terlalu jadi obat nyamuk, soalnya bulan juga ikut menemani.
            Saat aku sedang berjalan ingin menemui cusy dan bulan dikantin, ada seseorang yang memanggil namaku. Saat aku lihat tidak ada siapa-siapa. Aku pun terus berjalan, tapi lagi-lagi ada yang manggil-manggil namaku. Aku berhenti dan melihat disekelilingku. Suasananya sepi. Tiba-tiba bulu kuduk ku merinding, tanpa aba-aba aku pun langsung berlari.
            Sesampainya dikantin, dengan raut wajah yang pucat, dan sedikt ngos-ngosan, cusy dan bulan pun bertanya-tanya apa yang terjadi denganku.
            “Ada apa tang?” tanya bulan yang sedang menyedot es. Dan aku pun mengatur alur pernafasanku. Setelah stabil, aku baru cerita dengan mereka.
            “Tadi ada yang manggil gue” kataku sambil mengatur nafas.
            “Lah terus?” tanya cusy.
            “Masalahnya gue gak tau siapa yang manggil. Gue nengok ke belakang gak ada siapa-siapa. Dan disekeliling gue juga sepi.” Jelasku.
            “Jangan..jangan..” kata kami bertiga. Kami pun saling lirik dan tanpa aba-aba lagi kami pun langsung berlari sekencang mungkin. Soalnya sekolah kami kalau sudah sore terkenal angker.
v   
            Kita terus berlari sampai kedepan rumah avin. Avin itu pacarnya cusy. Dan avin pun bertanya-tanya, ada apa dengan kami bertiga.
            “Ada apaan sih kok pada lari-larian? Lagi pada lomba lari nih ceritanya?” tanya avin yang sedikit meledek. Dia sedang berdiri didepan gerbangnya.
            “Ada se---tan..” kata kami bertiga dengan nafas yang terengah-engah.
            “Ngaco lo! Mana ada  setan sore-sore. Pada ngigo kali.” Kata avin.
            “Bener vin, tadi ada yang manggil-manggil gue, tapi pas gue liat gak ada orang.” Jelasku.
            “Mungkin itu fans lo.” Kata avin dengan entengnnya.
            “Bukan, pasti itu setan. Lo sih kelamaan datengnya vin.” Kataku sambil menyalahkan avin. Masa dia tega nyuruh kami bertiga menunggu dikantin, sudah mana suasananya sepi, sedangkan dia malah dirumah, entah ngapain dulu.
            “Yang manggil lo bukan setan, tapi gue.” kata seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang kami. Lalu kami bertiga melihat ke arah belakang, dan ternyata itu….
            “Ah sial! Ternyata lo sipit, gue kira setan.” Kataku sedikit emosi
            “Tau loh bikin kita panic” kata cusy. Dan joni hanya ketawa-ketawa saja.
            “Gak usah ketawa lo!” bentak bulan.
            “Lagian kalian kocak, terlalu percaya banget sama kisah-kisah angker” Tawa joni.
            “HUHA!” teriak kami bertiga didepan muka joni. Dan muka joni langsung datar sedatar-datarnya.
v   
Ponselku berdering, berbunyi lagunya The Overtunes- Sayap Pelindungmu
SIPIT
Calling

            “Assalamualaikum, kenapa sipit?” tanyaku.
            “Waalaikumsalam, tang gue pingin ngasih tau lo sesuatu?” katanya dari kejauhan.
            “Kasih tau apa? Kasih tau aja” kataku
            “Tang ternyata…..” joni coba menjelskan sesuatu kepada bintang.
v   
            Hari ini hari kedua clasmeeting. Pasti anak-anak pada antusias untuk menyaksikan pertandingan voli. Dan mungkin akan lebih riuh dari sebelumnya. Seperti biasa aku dan teman-temanku nonton di Bundaran HI. Hari ini kita memakai seragam putih abu-abu. Dan hari ini juga rambutku special dikepang.
            Pertandingan segera di mulai, kali ini yang main duluan 2AK melawan 3PJ. Tidak ada AP, jadi kita tidak bersorak ria. Kita hanya fokus melihat permainan yang berjalan saja. Sekalian mengirit suara buat nanti bersorak-sorak ria.
            Disini padahal ramai sekali, tapi entah mengapa rasanya sepi. Iya sepi di dalam hati ini. Apalagi aku kepikiran pembicaraan sipit yang tadi malam. Apa yang dia bicarakan itu benar. Aku penasaran, aku ingin tau kebenarannya, biar aku tidak menghakimi orang lain.
            “Cusy, bulan mana? Kok gak keliatan sih daritadi.” Tanyaku. Memang sedari pagi aku tidak melihat bulan. Aku dan bulan bedas kelas. Tapi bulan dan cusy satu kelas.
            “Gak tau, tadi pas mau turun, dia bilang dia mau ke toilet dulu. Kok sekarang dia hobi banget ke toilet ya?” tanya cusy dengan oonya.
            “Yaudah gue cari bulan dulu ya.” Pamitku. Aku beranjak dari tempat dudukku, dan langsung pergi mencari bulan.
            Aku celingak-celingukan di setiap tempat, mencari keberadaan bulan. Pasti bulan berada dibawah, tidak mungkin di atas, kan tangga dijagai. Aku sempat bingung mau cari dimana lagi. Akhirnya aku berjalan ke arah UKS. Mungkin bulan ada disitu. Sampainya didepan UKS, aku melihat sepatu bulan, ternyata benar dugaan ku bulan ada di UKS. Saat aku ingin masuk ke dalam, aku melihat ada seseorang yang duduk disebelah bulan. Mereka sedang tertawa-tawa. Dan orang itu membelai rambutnya bulan. Kelihatannya mereka sedang berbahagia. aku memutuskan untuk tidak masuk ke dalam dan pergi dari UKS, karna aku tidak ingin mengganggu kebahagian bulan dan orang itu.
            Saat aku berjalan menuju kantin, air mata ku terjatuh. Entah air mata apakah ini. Apa ini air mata kebahagiaan? Atau ini air mata kesedihan? Entahlah, aku segera menghapusnya. Karna aku tidak ingin orangnya melihatnya.
v   
            Pertandingan hari ini pun telah usai. Yeyeye pertandingan ini di menangkan anak AP. Goodjob!. Pintu gerbang pun telah terbuka. Dan satu persatu anak-anak meninggalkan sekolahan. Dan seperti biasa aku, cusy, dan bulan pulangnya belakang. Tapi sekarang ditambah ada langit dan joni. Mereka juga masih ingin main. Yups kita kelihatannya seperti threedate. Dan aku gak tau siapa pasangannya.
            Kita berkumpul di Bundaran HI. Dipastikan hari ini gak ada yang manggil-manggil namaku dengan goib lagi. Karna joni sudah ada disebelahku. Disini aku merasa jones banget. Cusy sama avin asik sendiri, bulan sama langit juga asik sendiri, joni asik sama hpnya. Hem benar-benar terasa jomblonmya. Tunggu!! Bulan sama langit kenapa mereka asik sendiri? kenapa mereka jadi sedekat ini?? Hem ada yang aneh.
            Mau gak mau aku asik sendiri deh sama ponselku. Saat aku bermain games diponselku. Langit tiba-tiba berdiri dan berbicara sesuatu. Aku tidak memperhatikan langit saat berbicara, aku masih asik bermain games. Tapi saat langit berbicara “Gue sama Bulan udah jadian” seketika tanganku lemas, dan ponsel yang ku genggam jatuh ke lantai. Saat langit berbicara seperti itu rasanya ada sesuatu yang menusuk hatiku. Sakit rasanya! Tiga hari yang lalu langit bilang dia masih sayang padaku, dia ingin kembali seperti dulu. Tapi mengapa sekarang dia malah jadian sama bulan. yaAllah mengapa dia jahat sekali. Dia buat harapan besar dihatiku, lalu kini dia mematahkan harapan itu. dan mengapa mesti bulan yang ia jadikan pacar? Mengapa mesti sahabatku yaAllah? Mengapa?!!
           
            “Tang, hp lo jatoh.” Colek joni.
            “Ha?mana?” kataku sedikit buyar. Joni memberikan ponselku yang jatuh. “makasih sipit.”
            “Lo gapapa?” bisik joni. Dan aku hanya mengangguk. “Bener kan apa kata gue mereka pacaran” bisiknya lagi. Yup ternyata benar apa yang dikata joni waktu itu ditelpon, langit dan bulan selalu diam-diam bertemu, mereka tidak ingin aku tau. Lebih parahnya mereka sudah berpacaran diam-diam.  Aku hanya bisa tersenyum dan pura-pura bahagia didepan mereka. Aku tidak ingin terlihat sedih di depan mereka.

            “Vin, pinjem basketnya dong” pintaku. Lalu avin melempar basket kearahku. Aku langsung pergi ke tengah lapangan, aku harap saat itu hujan turun, agar aku bisa meluapkan air mata yang sudah tertampung ini. Tapi nyatanya saat itu malah panas terik. Berulang kali aku mendrible bola basket, lalu aku lempar sekuat-kuatnya kearah ring. Ada yang masuk ada pula yang meleset. Tanpa aku sadari ternyata saat aku bermain, langit sudah berdiri dibelakangku. Dia memperhatikan permainanku.
            “Permainan lo kacau! Sini gue ajarin.” Katanya.
            “Enggak, gue mau main sendiri.” kataku dengan jutek.
          “Oke kalo lo gak mau gue ajarin. Tapi gue mau lo ngelawan gue main basket.” Pintanya. Dan aku hanya diam. Aku tidak menjawab iya ataupun tidak. Dan langit tiba-tiba mengambil bola yang berada digenggamanku. “Ayoo ambil..” kata langit dengan sok nantangin. Mau gak mau aku ngeladenin tantangannya.
            Bodoh juga sih aku ngeladenin tantangannya. Aku kalah terus. Ya jelas lah dia kan anak basket, pasti jago mainnya.
            “Payah nih. Sini gue ajarin cara ngelempar yang benar.” Dia mengasih bola ke tanganku. Lalu dia berputar kearah belakangku. Dari belakang dia memegang tanganku. Lalu mengangkat tanganku ke atas yang didalamanya ada bola. Aku tidak memperhatikan bola, aku malah memperhatikannya. Aku malah melihat matanya. Matanya begitu indah untuk dipandang. Lalu dia melihat ke arahku. Kita menjadi saling pandang, dan suasana tiba-tiba hening. Hanya ada bunyi degup jantungku. Iya degup jantungku bunyi tak berarah. Rasanya tubuhku lemas saat dekat dengannya. Andai waktu dapat berhenti.
            Tapi sayang semua buyar setelah kedatangan bulan. Dia datang minta di ajarin main basket juga dengan langit. Entah mengapa hati ini menjadi sebal saat melihat bulan. Aku merasa dia penghianat. Padahal dia tau bahwa aku belum bisa melupakan langit. Tapi mengapa dia tega merebut langit. Aku tak bisa melihat kemesraan mereka, aku langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Aku berbaring di bangku panjang yang berada dikantin. Aku coba meredakan emosiku. Aku tidak ingin mereka tau tentang perasaanku.
            Saat aku sedang melamun, langit datang menghampiriku. Dia tiba-tiba menggodaku, mencubit pipiku, membelai rambutku, menjamaah tanganku. Seakan-akan dia tak punya rasa bersalah. Bahkan dia bertanya “Kenapa? Cemburu ya?”. Seharusnya dia sadar apa yang dia lakukan. Dia bermesraan di depan mataku dengan orang lain apalagi orang itu sahabatku sendiri, apa itu tidak menyakitkan untukku? Apalagi kita belum lama berpisah.
            Aku tak bisa disini terus-terusan. Aku tak bisa melihat kemesraan mereka. Mungkin mulut ini bisa berbohong, tapi hati ini enggak. Sakit saat melihatnya! Aku memutuskan untuk pulang. Ku ambil tas dan aku langsung pergi begitu saja. Pracusy, avin, bulan, joni semua nya bingung ada apa denganku. Akhirnya langit mencoba mengejarku. Tapi tak bisa. Aku terlalu jauh melangkah. Mungkin aku harus merelakan orang yang ku sayang dimiliki sahabat yang ku sayang. Mungkin rasa ini biar kupendam, entah sampai kapan. Memang ya jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan, apalagi jatuh cinta diam-diam dengan mantan.

Komentar