Pertemuan Singkat

Kini aku harus fokus terhadap tugas-tugas kuliah ku yang sudah menumpuk. Tapi ya mau gimana lagi resiko mahasiswi. Saat aku sedang bergegas menuju perpustakan untuk mencari salah satu buku, handphone ku berdering. Itu telpon dari sahabatku “hallo, kenapa?” kataku sambil terus berjalan menyusuri koridor sekolah. “maaf ya gue lagi buru-buru banget nih, nanti gue telpon lagi ya, byee” tanpa berkata-kata lagi aku langsung mematikan telponnya. Ditengah perjalanan tanpa sadar ada seseorang yang menabrak ku. Semua buku yang aku bawa terjatuh ke tanah. “eh punya mata gak sih?! Gak liat ada orang jalan? Udah matanya empat masih aja nabrak-_- liat tuh bukunya jadi jatoh semua kan, rese!” tanpa basa-basi lagi aku langsung membereskan buku ku yang jatuh di tanah. Dan dia ikut membereskan juga. Tanpa sengaja saat kita ingin mengambil buku yang sama, tangan kita saling bersentuhan dan saling bertatapan. Ada rasa aneh yang hinggap disaat itu. Tapi aku langsung tersadar. Tanpa berkenalan dan berpamitan aku langsung meninggalkannya dan lanjut bergegas ke perpustakan.

Saat di perpustakaan aku kebingungan mencari buku yang aku butuhkan. Tiap rak buku sudah ku kelilingi tapi aku tak menemukannya. Sempat frustasi, tapi ada seseorang yang menghampiriku dan memberikan buku itu kepadaku. Sempat merasa aneh sih dan bertanya-tanya. Sebenarnya dia itu siapa? Dan kenapa bukunya ada dia? Tapi yaudahlah aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Yang terpenting aku sudah mendapatkan bukunya.

Seperti biasa setiap ke kantin pasti aku selalu sendirian. Bukan karna aku tidak punya teman. Emang karna jadwal mata kuliah kita beda. Aku punya sahabat kita satu universitas tapi beda fakultas. Makanya aku sering sendirian. Saat aku sedang sibuk membaca dan menikmati secangkir es teh manis yang manisnya gak bisa ngalahin aku hehe, ada seseorang yang tiba-tiba duduk disebelah ku. Saat aku berpaling ke dia, ternyata dia itu orang yang tadi menabrak dan memberikan buku ke aku. rasanya malas duduk bersebelahan dengannya. Udah mana dia senyum-senyum sendiri kayak orang stress. “lo sakit ya?” Tanyaku dengan rasa sedikit kesal. Dia hanya menggeleng-geleng saja. “kalo emang lo gak sakit ngapain lo disini?udah sana ganggu aja” kataku dengan rada sinis.
“nah justru gue gak sakit makanya gue disini. Kalo gue sakit gue pasti ada dirumah sakit lah” Jawabnya.
“ya tapi bisakan lo gak duduk disini. Bisakan lo duduk ditempat yang lain?” tanyaku agak sedikit mengusir.
“masalahnya gak ada tempat duduk yang kosong selain disini. Coba lo liat, rame kan?” katanya sambil menunjuk ke sekitar.
“iya juga sih. Yaudah lo boleh duduk disini. Tapi lo jangan gangguin gue. Awas lo!” kataku dengan jutek.
“kenapa sih lo jutek banget jadi orang?” tanyanya. Dan aku tak menghiraukan pertanyaanya.  “kalo diliat-liat nih ya lo tuh manis tau, tapi kalo lagi jutek heeem tetep aja manis sih hehe”. dia selalu memperhatikan wajahku. “lo mirip seseorang ya. Mirip seseorang yang sangat ceria dan bisa bikin gue tersenyum. Tapi sayang …” tiba-tiba pembicarannya terhenti. Dia terlihat begitu sangat sedih.
“sayang?sayang knp?” tanyaku dengan penasaran.
“tapi sayang.. sayang lo lebih manis dari dia hahaha..”
“terus? Ceritanya ngegombal nih?
“enggak, serius deh gue. lo lebih manis dari dia, gula aja kalah. Semut nih kalo ngeliat lo pasti meleleh. Pasti bakal jatuh cinta.” Katanya yang memuji ku
“haha bisa aja. Tapi emang semut bisa jatuh cinta ya?”
“nah justru gak bisa. Emang mau punya pacar semut?”
“ya enggak lah..”
“kirain gitu hehe..” ledeknya

Entah kenapa saat itu kita menjadi sangat akrab. Apapu kita bicarakan, lelucon menggelitik pun sempat hadir dalam perbincangan kala itu. Aku merasa kita pernah dekat. Dan hanya dia yang bisa buat ku tertawa lagi setelah ada musibah yang menimpaku. Aku rasanya ingin selalu ada didekatnya. Agar bisa tertawa dan bahagia. Sangking asiknya bercanda tadi dikantin, aku dan dia lupa berkenalan. Bodohnya mengapa aku tidak bertanya namanya dia.


Hari ini aku ada kuis. Jadi gak boleh datang terlambat. Aku buru-buru masuk kelas. Tapi di pertengahan jalan aku bertemu dia lagi. Dan dia mengajak ku ke kantin. Tapi aku menolak ajakannya, dikarnakan aku harus cepat masuk ke kelas sebelum kuisnya dimulai. Tapi nanti dia mengajak aku lunch bareng dikantin. Ini lah yang aku tunggu, bertemu dengan dia lagi. Dan aku penasaran, apalagi yang akan kita bincangkan? apalagi kekonyolan yang ia perbuat? Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya.

Rasanya lega banget saat kuis udah selesai. Aku langsung bergegas ke kantin menemuinya. Sesampainya dikantin aku langsung duduk ditempat yang kemarin. Detik demi detik, menit demi menit aku menunggu nya hingga sampai 2 jam. Tapi ia tak kunjung datang. Aku sangat berharap ia datang menemuiku walau ia terlambat. Tapi sampai rasa bosan ini ada ia tak kunjung datang. Aku kecewa, kesal, dan marah terhadapnya. ia menghancurkan segala kesenangan yang ada dipikiranku. Aku rela gak ikut kelas demi untuk bertemu dengannya. Tapi semuanya tak sesuai harapan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Aku rasanya ingin memukuli dia, memaki-maki dia, tapi aku ingat bahwa aku bukan siapa-siapanya jadi gak berhak untuk bersikap seperti itu kepadanya.

Keseesokan harinya aku berharap bisa bertemu dengannya. Sekedar ingin bertanya mengapa dia tak datang saat itu. Aku menunggunya dikantin ditempat biasa. ya seperti awal aku duduk sambil membaca buku dan menikmati secangkir es teh manis. Dan berharap dia datang duduk disampingku. Tapi ternyata yang datang bukan dia, harapanku pupus lagi.
“gue bete banget ih” sahabatku dateng-dateng dengan wajah berelipat-lipat.
“bete kenapa sih?” tanyaku
“masa gue dikasih nilai C, pelit banget tuh dosen.”
“hahaha lo sih pacaran mulu, inget dikit lagi kita udah mau skripsi loh. kurangin pacarannya!” kataku memberi sedikit wejangan kepadanya.
“ah tau ah lo malah bikin gue tambah bete” aku hanya menggeleng melihat kelakuan sahabatku itu. Dia selalu keras kepala kalau dikasih tau. “eh btw lo kemaren sama siapa deh?” tanyanya.
“ha? Yang mana? Kemaren gue sendiri nggak sama siapa-siapa”
“yang dikantin itu loh, yang lg ketawa-ketawa. Gue sebenernya pengen nyamperin, tapi gak enak takut ganggu” jelasnya
“ooh yang itu” jawab ku dengan singkat.
“emang dia siapa? Gebetan lo ya?” tanyanya
“bukan, gue juga gatau dia siapa” jelasku.
“ha? Masa lo gatau dia siapa sih? Jangan bilang lo baru kenal sama doi?” Tanyanya dengan memburu. Dan aku hanya mengangguk. “what????? Tapi kok kayaknya akrab banget, kayak udah kenal lama gitu.” Aku hanya mengangkat bahuku yang menandakan aku gatau. “tapi gue seneng kok bisa ngeliat lo ketawa lagi, udah lama gue gak liat lo ketawa selepas itu” dia tersenyum.
“hem gue juga gak ngerti sama semuanya. Yaudah lah gue males bahas, mending balik aja yuk. Lo masih ada kelas gak?” Tanya ku
“enggak kok, yaudah yuk balik. Gue main ya kerumah lo, udah lama kan gue gak kerumah lo”.
“yaudah yuk..” aku dan sahabatku meninggalkan tempat itu.


Aku tau seharusnya aku tak boleh berharap banyak padamu. Aku bodoh. Padahal kita kan baru saja bertemu, tapi entah mengapa rasanya ada hal yang sulit untuk dideskripsikan. Aku berharap kita bisa bertemu lagi di lain waktu. 

bersambung...

Komentar