Gadis kecil
yang tak mungil. Berumur belasan tahun tapi sudah memiliki pemikiran yang
begitu dewasa daripada ku. Dia teman baikku, teman sepermainanku, dan teman
seperjuanganku di masa bangku SMK. Dia berambut panjang bergelombang, lebih
tinggi dariku, berkulit hitam manis, berbehel dan tidak terlalu gemuk. Dia
baik, cerewet, manja, takut naik metromini, ribet sama rambutnya, dan kalau
masalah cinta dia sabar sekali dan dia dewasa menyikapinya. Padahal umurnya
dibawah aku loh. kita bersahabat sejak duduk di kelas 10.
Dia anak
tunggal dari dua bersaudara. Dia tinggal bersama orang tua dan adiknya. Adiknya
baru duduk di bagku SD. Kesehariannya dia lebih dekat dengan mamanya. Mamanya adalah
seorang ibu rumah tangga. Dia sangat manja dengan mamanya. Ingin sesuatu pasti
teriak nama mamanya. Udah kayak anak sd aja hehe..
Dia bukan
jones tapi bisa dibilang takenes:p dia berpacaran dengan pasangannya sudah
lebih dari 2 tahun. Mereka berpacaran sejak bulan Maret 2012. Selama 2 tahun
ini bisa dibilang aku menjadi saksi cinta mereka. Dari awal sampai sekarang aku
melihat setiap perkembangan dari hubungan mereka. Dari mulai saling kaku, gak
ketemuan, gak saling tegor padahal satu sekolah, smsan hanya sekedar smsan. Seperti
tidak ada yang special diantara mereka. Tapi itu tidak menjadi suatu halangan
bagi mereka. Butuh waktu beberapa bulan untuk mereka menyesuaikan diri.
Hingga pada
akhirnya mereka bisa seperti layaknya orang pacaran. Mereka sudah bisa saling
tegor, sekedar bercakap dikantin, dan sahabatku itu sudah bisa memanggil
pasangannya dengan kata sayang dan smsannya penuh dengan emot-emot lucu. Pertama
kali aku melihat smsan mereka ada kata “sayang” dan emot bibir merah merona
serta emot bighug, itu rasanya senang luar biasa. Padahal aku hanyalah pembaca
sms bukan penerima sms itu, tapi rasanya luar biasa. ketika kita memiliki seorang
teman dekat yang selalu curhat dan mengeluh kepada kita tentang sikapnya dan ia
ingin merubah sikap cueknya itu tapi tak pernah digubris, dan pada akhirnya apa
yang ia inginkan bisa ia lakukan. Itu menjadi suatu kebanggaan tersendiri untuk
aku sebagai sahabatnya.
Berhari-hari
dia lewati bersamanya. Semakin ada perkembangan di setiap harinya. Semakin dekat
dia dengannya dan keluarga pasangannya. Semakin kedekatan itu terjalin, semakin
banyak pula rintangannya. Terkadang mereka bertengkar dengan bermacam-macam
masalah sekalipun itu masalah sepele. Tapi tak pernah sekalipun dari mulut
mereka terlontar kata “putus”. Mungkin rasa bosan di antara mereka ada,
bertengkar pun sering, tapi mereka selalu menyelesaikan masalah secara
langsung. Dan dia selalu sabar menghadapi pasangannya. Dua-duanya memang keras
kepala dan sama-sama ingin dimengerti. Aku salut dengan mereka, apapun masalah
yang terjadi mereka tetap mempertahankan hubungannya.
Selain menjadi
wanita yang sabar menghadapi pasangannya, dia juga sabar menghadapi
sahabat-sahabatnya, serta menghadapi masalah yang ada di hidupnya. Mungkin dia
bukan wanita yang pandai bercerita sepertiku, juga bukan wanita yang pandai
mengutarakan isi hati. Tapi dia wanita pandai memendam rasa. Dia seperti
kentut. Kentut itu jika ia belum ingin keluar, pasti ia tidak akan bisa keluar
dan begitu sebaliknya. Sama halnya dengan dirinya. Jika ia belum ingin
bercerita, ia akan diam. Tapi jika dia sudah tidak kuat menahan dia pasti akan
bercerita.
Hey kamu,
tetaplah menjadi wanita tegar dan sabar dalam setiap cobaan yang ada. Jangan pernah
merasa lonely, karna disekeliling mu siap menemani. J
Komentar
Posting Komentar