Rasanya
malas sekali ke minimarket cuma beli pembalut satu. Apa kata orang???? Untung
aku perempuan jadi gak malu-malu bangetlah. Ini semua aku lakuin buat adikku
tercinta. Dia benar-benar sangat manja! Padahal dia sudah SMA, sudah kelas 12
tapi manjanya gak pernah ilang. Ya begitulah kelakuan anak bontot.
Disini banyak sekali model pembalut
dan aku gak tau pembalut apa yang diinginkan lala. Bodohnya aku, aku lupa nanya
dia mesan pembalut yang kayak gimana. Asli bingung setengah mati milih pembalut
doang. Udah mana lupa bawa handphone lagi. Lala itu orangnya suka pilih-pilih.
Kalau dia gak suka pasti gak mau dipakai. Kan sia-sia kalau aku udah beli terus
gak dipakai sama dia. Yasudahlah aku pilih aja pembalut pilihanku, terserah mau
dipakai apa enggak, yang jelas aku sudah belikan.
Saat aku ingin membayar ke kasir ada
seseorang yang tak sengaja menabrak ku. Mungkin sengaja, entahlah. Yang jelas
aku kesal banget, gara-gara dia kerudunganku jadi kotor. Aku menganga
selebar-lebarnya saat tau kerudunganku kotor, dan aku pasang muka
sebete-betenya. Tambah bete lagi ketika dia malah nyalahin aku. Aku hanya bisa menggeleng
melihat kelakuannya. Jelas-jelas dia yang salah, tapi malah nyalahin orang. Tanpa sepatah kata pun aku langsung
meninggalkannya, aku langsung ke kasir membayar belanjaanku itu, setelah
selesai aku langsung keluar dari minimarket.
v
Akibat accident di minimarket tadi sampainya
dirumah aku masih terbawa emosi. Aku jadi ngedumel sendiri. wajahku
berlipat-lipat kayak sarung lecek. Pokoknya bete klimaks. Bunda yang berada
didapur bingung saat melihat wajahku yang kayak sarung itu.
“Hey, kamu sudah pulang?” bunda
menghampiriku “Kamu kenapa sayang? Kok mukanya ditekuk gitu? Ada masalah?”
segudang pertanyaan bunda lontarkan ke aku. dan aku hanya diam cemberut.
“Cerita dong sama bunda” bunda duduk disampingku. Bunda melihat noda yang ada
di kerudungku. “Ini kenapa kotor?” tanya bunda sambil memegang kerudung ku yang
kotor.
“Gara-gara orang yang gak
bertanggung jawab itu kerudung ku jadi kotor,bun” kataku dengan nada sedikit
tinggi. Karna masih terbawa emosi.
“Siapa?” tanya bunda.
“Gatau.” Jawabku dengan singkat dan
wajah yang muram.
“Yaudah sayang jangan bete dong, nanti
cantiknya hilang loh. Mungkin orang itu gak sengaja. Lagipula ini kan bisa
dicuci.” Kata bunda mencoba menenangkan aku.
“Bukan masalah bisa dicucinya,bun.
Tapi dia itutuh gak merasa bersalah, dia malah nyalahin aku. jelas-jelas yang
salah dia.” Kataku dengan masih emosi.
“Buat apa kamu mengkerudungi rambut
kamu, kalau hati kamu belum dikerudungi?” tanya bunda. Aku hanya mengernyitkan
dahi dengan wajah bertanya-tanya. Sesungguhnya aku tak mengerti yang dimaksud
bunda. “Gini sayang, kamu sudah memutuskan untuk menutup aurat. Menjadi wanita
yang lebih baik, lebih sholehah, iyakan?” aku hanya mengangguk “Tapi semua itu
akan menjadi percuma kalau hati kamu masih ada rasa dengki. Ibarat kata seperti
kita sedang berpuasa, kita berpuasa tapi hati kita kotor, ada rasa dengki
terhadap orang lain, marah terdahap orang lain, apa yang kita dapat kalau kayak
gitu? Cuma lapar dan haus kan? Kita jadi gak dapat pahala berpuasa. Sama saja
kayak berhijab. Kalau kamu seperti itu berarti kamu belum memaknai apa makna berhijab
sesungguhnya.” Jelas bunda dengan tenang. Aku tersenyum lalu memeluk bunda.
Bunda benar-benar menjadi penerang untuk hidupku. Dia selalu
bisa membuatku tenang dan merasa aman. Aku tidak tau bagaimana jika bunda tidak
berada disisiku. Setelah kepergian papa, entah kemana, aku, lala dan bunda
hanya hidup bertiga. Bunda bekerja sebagai tukang kue. Bunda memiliki toko kue
didaerah cikini. Kami bukan orang kaya dan berada, kami hanya orang sederhana
yang tinggal dilingkungan sederhana juga. Tapi dengan kesederhanaan itu lah
kami hidup bahagia dengan penuh cinta. Walaupun aku dan lala sering bertengkar
dan itu membuat bunda pusing, tapi aku sangat menyayangi lala. Dan hal itu lah
yang membuat aku kangen berada dirumah.
“Tuh kak dengerin kata bunda, jangan marah-marah mulu. Kan
udah berhijab jadi harus… jagalah hati jangan kau nodai, jagalah hati lentera
hidup ini” kata lala sambil memperagakan lagu Aa Gym. Ternyata diam-diam dia
menguping pembicaraan aku dan bunda.
“Yee dasar bocil” kulempar bantal ke mukanya lala. Dan dia
mengadu ke bunda. Lalu dia membalas ku dengan mengelitiki tubuhku. Seperti
biasa bunda hanya diam dan menggeleng melihat kelakuan kita berdua.
“Sudah.. sudah, kalian ini kayak anak kecil aja berantem
terus. Lala, kamu mau kemana?” kata bunda.
“Aku kan tadi udah bilang bunda, aku mau pergi sama my
boyplend. Dia udah nunggu diluar. Boleh ya bunda, yayaya.” Pintanya dengan nada
manja.
“Jangan pulang larut malam.” Jawab bunda.
“Iya bun I know. Yaudah aku jalan dulu ya bun muah!” pamit
lala dengan mencium tangan dan pipi bunda.
“Dasar pacaran mulu! Belajar woiiii!” kataku sambil menepok
bokokngnya lala.
“Yee jomblo sirik aja. Makanya punya pacar dong, biar ada
yang ngapelin” ledek lala “Udah ah aku jalan dulu ya, assalamualaikum..” pamit
lala yang berlari kecil ke arah luar rumah.
“waalaikumsalam..” kataku dan bunda.
“omongannya lala ada benarnya juga. Kamu gak pingin punya
pacar?” tanya bunda. Ini pertanyaan yang sangat menjengkelkan. Aku berasa
jomblo akut. Hem males juga ngejawabnya.
“Hadeh bun.. udah ah mending aku ke kamar aja” beranjakku
dari sofa meninggalkan bunda sendirian.
“Jawab dong pertanyaan bunda, masa kamu kalah sih sama adik
kamu, dia aja udah punya pacar, anak kuliahan lagi.” Kata bunda. Secara
langsung bunda menyindirku huhu.
“auah teraaaaang…” teriakku dari dalam kamar. Aku bosan
menjawab pertanyaan seputar masalah cinta. Sekarang aku lagi menikmati
kesendirian.
v
Aku lupa hari ini ada ulangan mata
kuliah yang gurunya sangat kiler. Dan aku udah kesiangan lagi. Duh alamat kena
omel nih. Gara-gara semalem keasyikan nulis aku jadi tidur larut malam deh
alhasil bangunnya pun kesiangan. Aku pun bergegas untuk berangkat ke stasiun.
Aku berharap keretanya datang lebih cepat. Secepat apapun keretanya tetap aja aku
sudah terlambat.
Aku kuliah di salah satu universitas
di depok. Bayangkan dari Jakarta ke Depok butuh waktu berapa menit untuk
sampai. Belum lagi kalau keretanya ngaret. Ini lah resiko kalau kuliahnya jauh
dari rumah. Harus pintar memanage waktu.
Sekitar sejaman akhirnya aku sampai
di kampus, sudah kuduga aku pasti ketinggalan ulangannya. Otomatis ikut ulangan
susulan deh. Dan buat ikut ulangan susulan itu gak mudah. Harus bikin alasan
yang meyakinkan dulu biar di izinkan. Huha banget deh ini.
Sambil menunggu jam kuliah ku yang
kedua seperti biasa aku membaca buku di taman. Buku favorite ku yaitu novel nya
Dwitasari. Aku senang sekali membaca novel dan blognya Dwitasari. Sangat
menginspirasi aku buat terus menulis. Saat sedang asyik membaca, hp ku bergetar.
Ternyata itu sms dari temanku. Aku langsung membuka pesannya.
Dari
: Lintang
Key,
lo di suruh menghadap madam rose tuh ke ruang dosen
Aku langsung menuju ke ruang dosen. Ruang
dosen berada di gedung E lantai 7. Gara-gara liftnya rusak, aku jadi harus naik
tangga deh. Kenapa pihak kampus lama banget sih benerin liftnya?? Kan capek
harus naik tangga ke lantai 7. Bisa pengkor nih kaki.
Langkah demi langkah aku telusuri anak tangga, dan entah
pada anak tangga yang ke berapa aku tak sanggup lagi untuk meneruskannya, magh
aku pun kambuh. Padahal aku sudah setengah jalan. Gak mungkin kan harus balik
lagi ke bawah. Dengan sejuta kekuatan aku teruskan menaiki anak tangga. Tapi
saat aku melangkahkan kaki ke atas, kakiku keseleo dan untung saja aku tidak terlempar
kebelakang. Ada seseorang yang menadah ku dari belakang.
Saat aku melihat matanya hati ini terasa sejuk, saat melihat
senyumannya ada rasa kedamaian, dan saat melihat wajahnya jantung ini berhenti
berdetak, mulut ini terasa terkunci, mata ini serasa tak ingin berkedip. Aku
tak sanggup berbicara lagi. Ya mungkin satu kata untuknya “SEMPURNA”. Kita
saling beradu mata. Dan waktu serasa berhenti. Hening yang hanya bisa ku
rasakan. Tapi dengan cepat aku tersadar. ASTAGFIRULLOH!! Aku langsung
melepaskan diri dari pelukannya, merapikan baju dan kerudungku, dan bersikap
seakan biasa saja. Sebenarnya aku tersipu malu dihadapannya, tapi aku berusaha
menutupi itu semua. Hanya kata terima kasih yang aku ucapkan. Aku langsung
pergi meninggalkannya.
v
Sejak sepulang dari kampus tadi aku hanya berdiam diri di
kamar. Merenung, dan menatap langit-langit kamarku dengan tersenyum sendiri. Dan
aku tak lupa mengunci kamar. Karna si anak manja kapan saja bisa masuk dan
mengganggu kebahagiaan yang sedang aku rasakan sekarang.
Apa yang barusan aku bilang, kebahagiaan? Masa dengan hanya
melamuni si pria tak bernama itu aku bisa bahagia? Jelas-jelas aku belum
mengenalnya. Tapi mengapa langit-langit kamarku menjadi ada wajah pria itu yaa?
mengapa senyumannya yang indah itu selalu ada dipikiranku? Dan matanya yang
indah dilengkapi bulu mata yang lentik itu tergambar jelas dipikiranku? Tuhan
apa aku….. jatuh-cinta???
ASTAGFIRULLOH! Aku terbangun dari lamunanku. Aku tak boleh terhanyut oleh perasaanku sendiri.
Mungkin ini hanya perasaan sesaat. Jika terlalu lama aku membayangkan wajahnya
yang indah itu nantinya akan bisa terjadi zinah. Aku harus bisa mengontrol
diriku sendiri.
Sangking asyiknya melamun, aku lupa sholat ashar. Dan
ternyata daritadi bunda memanggil-manggilku dari depan kamar. Langsung saja aku
bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, sebelum waktu sholat ashar
habis.
v
“Hei..” sapanya. Aku melihat ke arah samping kananku dan
ternyata oemjiiiii dia pria yang menolongku waktu itu hihi. Dan aku hanya
tersenyum membalas sapaannya. “sendirian aja?” tanyanya.
“Enggak, nih lagi berdua sama buku.” Jawabku agak sedikit
ngelucu. Semoga aja gak garing hehe.
“yee dia lawak” cengirnya dengan mempesona. Dia nyengir aja
udah mempesona apalagi senyum. ASTAGFIRULLOH!! Kumat lagi nih. Dia melihat ke
arah buku yang aku pegang “suka sama dwitasari?” tanyanya.
“Ya enggaklah. Masih normal nih. Masa iya suka sama kak
dwita. Ntar dikira lesbi lagi.” Jawabku lagi dengan agak melucu. Kali ini dia
tertawa sangat geli. Kan tertawanya aja mempesona. Duh apa-apa serba mempesona
nih dia.
“Lucu ya kamu, maksudnya itu suka sama novelnya buka sama
dwitanya.” Jelasnya agak sedikit ngaco.
“Ngomong apasih? Ngomong aja belibet.” Kali ini gantian aku
yang tertawa.
“Duh kok jadi gerogi gini sih deket kamu.” Katanya agak
sedikit menggombal. Dan aku hanya tertawa kecil. “oh iya kita belum kenalan
nih. Kenalin nama aku Rio anak IT..” dia mengulurkan tangannya ke arah depanku.
“Key, dan aku anak bundaku” aku menjabat tangannya sambil
tertawa kecil. Dia pun ikut tertawa. “aku anak ekonomi.” Lanjut aku. selesai
berkenalan kita melepaskan jabat tangannya. Duh rasanya aku ingin terus
berjabat tangan dengannya. Aku merasakan kenyamanan darinya. Kenyamanan? Halah
apasih aku! aku gak boleh berharap banyak padanya.
Seketika hening.
“Masih ada kelas gak? Tanyanya.
“Enggak. Kenapa emang?” tanyaku balik.
“Lunch bareng yuk. Udah mau jam 12 nih. Aku traktir deh”
Ajaknya sambil melirik ke arah jam tangan yang tertempel di lengan kirinya.
“hem boleh deh yuk, kebetulan udah laper nih hehe..” kataku
emang lagi pas banget laper. Dan kebetulan ada cowok yang manisnya gak bisa
ngalahin gula ngajak makan, ditraktir pula, duh seperti lagi mendapatkan lucky
chance yang ada di line hoho.
Rio mengajakku makan ke Café Nostalgia yang ada didekat
kampus. Ini tempat makan favorite anak-anak kampus. Soalnya makanan disini
enak-enak banget. Dan terkenal murah. Pas lah dengan kantong anak mahasiswa.
Setelah selesai lunch dia
mengantarkan ku pulang dengan motor gedenya.
v
Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar. Ya seperti
biasa tidak lupa mengunci pintu. Agar si anak manja gak masuk mendadak.
Belakangan ini aku lebih suka mengeram diri di kamar. Awas-awas bertelur sih
nantinya. Aku sudah jarang membantu bunda bikin kue, jarang bercanda dengan si
lala yang manja, jarang nonton tv bersama. Kenapa sekarang semua terasa
berbeda? Sekarang aku malah lebih suka menatap langit-langit kamar. Melamuni
sosok yang menurutku indah.
Apa ini yang namanya jatuh cinta? Apa dia juga memiliki
perasaan yang sama denganku? Ya mungkin ini yang namanya jatuh cinta. Tapi
apakah jatuh cinta itu membuat kita menjadi berbeda? Menjadi berubah, menjadi
sosok yang kita gak kenal, menjadi ceria sekaligus pemurung, Lebih parahnya
membuat kita jadi suka bengong kayak ayam.
Jujur sebenarnya ini pertama kali untukku. Pertama kali aku
membayangkan seseorang berada di langit-langit kamar. Pertama kali aku menjadi
pengeram. Pertama kali aku merasakan ini semua, Jatuh Cinta. Dia benar-benar
membuatku merasakan hal yang baru.
Aku masih ingat dulu aku pernah bilang ke bunda dan lala
“Persetan dengan cinta!” aku rasanya tidak ingin merasakan cinta. Aku tidak
ingin seperti bunda yang dicampakan oleh laki-laki yang tidak bertanggung
jawab, ya seperti papaku itu. dia pergi begitu saja dengan perempuan lain tanpa
memikirkan perasaan bunda, aku dan lala.
Tapi sepertinya aku kemakan omongan ku sendiri. sekarang aku
malah jatuh cinta sama orang yang baru ku kenal sehari. Apa dia seperti papaku?
Semoga tidak. Semoga aku melabuhkan hati ini di pelabuhan yang tepat.
Saat aku sedang asik melamun, aku mendengar bunda
mengetuk-ngetuk pintu kamar. Bunda menyuruh ku untuk makan malam. “iya bun,
bentar lagi aku keluar.” Teriakku dari dalam kamar. Aku harus mengakhiri
lamunan ini. Karna perutku pun sudah berbunyi.
v
Dari
: Rio
Kamu
dimana?
Ke
: Rio
Lagi
jalan, habis keluar kelas. Kenapa?
Dari
: Rio
Jalan
yuk? Aku tunggu di depan ya.
Ke
: Rio
Oke,
aku otw ya
Aku bingung ketika tau rio mengajak
ku ke rumahnya. Secepatkah ini kah dia mau mengenalkan aku pada orang tuanya??
Duh bisa mati kutu nih. Atau jangan-jangan dia mau macam-macam dengan ku? Wah
aku harus siap-siap pasang kuda-kuda nih. Tapi masa cowok semanis dia mau
berbuat hal seperti itu. Nggak mungkin, pasti ini cuma pikiran negative ku
saja. Semoga aja benar dia mau kenalin aku ke orang tuanya hihi.
“Bantuin aku yuk” pintanya. Aku
hanya mengernyitkan dahi. “Bantuin aku nyuci motor” pintanya lagi. Mataku
langsung membelalak dan mulutku menganga.
What the hell??! Jadi aku di ajak
kesini cuma disuruh nyuci motor. Emang dikira aku steam motor apa. Ih gak
romantis banget nih rio ngajak jalannya. Tapi aku pikir-pikir gak ada salahnya
juga sih nyuci motor bareng dia. Bersamanya semua pasti akan indah. Oke fix
lebay.
“Nih, kamu bagian nyiram-nyiram aja
ya” menjulurkan selang ke tanganku. “Aku yang bagian nyuci.” Katanya sambil
tersenyum kepadaku. Dan aku hanya mengangguk mengikuti kemauannya.
Cool banget rio kalau lagi nyuci
motor gitu. Tangannya bercucuran busa sabun. Sesekali dia membasuh mukanya
dengan tangannya yang sudah bercucuran busa sabun, otomatis wajahnya pun jadi
ikutan kena busa sabun juga. Tapi tetap mempesona dan manis.
Aku terlalu larut memandangi
wajahnya, sampai-sampai aku tidak dengar rio berbicara. Dia menyuruhku untuk
menyiram air ke bagian depan motor. Saking kagetnya aku malah salah siram. Aku
malah siram rio bukan motornya. Bajunya rio jadi basah semua deh. Duh sumpah
aku gak enak banget sama dia. Aku hanya menggigit jari, aku takut rio marah.
Hem ternyata dia gak marah, untung
saja. Tapi dia malah nyiram ku balik, dan sekarang aku yang basah kuyup. Dia
tertawa terbahak-bahak saat menyiram ku pakai selang. Menyebalkan! Tapi
sekaligus menyenangkan. Kita jadi layaknya anak kecil yang main semprotan air.
v
“Kak eca!” panggil lala dengan nada
tinggi.
“hem..” gumamku.
“kak eca kenapa sih sekarang? kak
eca udah gak sayang lagi sama aku? kak eca udah gak perduli?iya? jawab kak!”
tanyanya dengan memburu.
“duh ngomong apasih kamu. Besok aja
ya kita bahas. Kaka benar-benar capek habis pulang kuliah.” Kataku sambil
memijat pundak kanan.
“Kak eca memang udah berubah. Kak
eca udah gak sayang lagi sama aku!” katanya dengan rasa kekecawaan. Lala
langsung masuk kamar dan membanting keras pintu kamarnya. Dasar anak manja!
v
Hari ini untung hari libur, jadi aku
bisa luangkan waktu untuk lala. Dia mungkin sekarang lagi membutuhkan seorang
penghibur. Sejak kemarin lala gak keluar kamar. Apalagi dia gak nafsu makan..
“Hei adik kaka yang cantik, boleh kaka masuk?” tanyaku dari
balik pintu kamarnya lala. Tapi tidak ada jawaban darinya. Tanpa seizin dari
lala aku buka pintu dan masuk kamarnya. Saat aku melihat kamarnya penuh dengan
tisu dan berantakan. Lalu ku temukan lala di bawah tempat tidurnya sedang
menangis. Aku bingung apa yang terjadi dengannya, apa ini semua gara-gara aku
kurang ada waktu untuknya. Akhirnya ku dekatkan dia dan aku bertanya kepadanya.
“Lala yang cantik, kamu kenapa?
Siapa yang udah bikin kamu menangis?” tanyaku dengan suara lembut, dan mengusap
halus rambutnya.
“Kak eca ngapain? Masih perduli sama
adik kaka ini?” tanyanya dengan wajah yang penuh dengan air mata.
“Kamu jangan gitu dong ngomongnya.
Maaf kalau kakak akhir-akhir ini sibuk. Tapi kaka janji mulai sekarang kaka
akan meluangkan waktu untuk kamu lagi. Sekarang kamu cerita kenapa kamu nangis?”
kataku sambil mengusap rambut lala yang halus, panjang dan agak
kemerah-merahan. Tiba-tiba lala malah memelukku. Dia menangis dipelukanku.
Sesungguhnya hatiku ikut teriris melihat adik yang ku sayangi menangis. Tapi
aku coba untuk menenangkannya.
“Kak, udah hampir dua minggu dia
tidak menghubungi aku.” katanya dengan suara terisak-isak. “dia kayaknya udah gak
sayang sama aku deh. Dia sibuk dengan dunia nya sendiri. dia udah gak perduli
sama aku” ceritanya dengan bercucuran air mata.
“Mungkin benar dia lagi sibuk,
sayang. Kamu jangan negthing dulu ah. Kalau dia gak sayang sama kamu dia gak
mungkin mempertahankan kamu” Kataku sambil mengusap rambutnya yang panjang.
“Atau jangan-jangan dia punya
selingkuhan ya kak?” katanya secara sergap terbangun dari pelukanku.
“Mungkin, bisa jadi” ledekku. Dan
lala langsung cemberut. “haha bercanda keles” Kataku sambil mengacak-ngacak
rambut lala. “Kamu udah berapa lama pacaran sih? Mau setahun kan?” lala pun
hanya mengangguk “Nah masa udah mau setahun masih curigaan. Seharusnya kamu
ngedukung dia...”
“Buat selingkuh?” serobot lala
“Bukan lala. Ngedukung kegiatannya. Buang jauh-jauh pikiran kalau
dia itu selingkuh. Pikiran sama dengan ucapan loh, dan ucapan itu doa. Kamu
emang mau dia beneran selingkuh?” lala hanya menggeleng “Nah, jadi…”
“Jadi aku harus percaya sama dia?” aku mengangguk “harus
ngedukung kegiatannya?” lagi-lagi mengangguk “harus tetap sms walaupun dia gak
bales?” dan lagi-lagi aku hanya mengangguk. “sakit kak rasanya!..” lagi-lagi
lala nangis.
“Dengerin kaka!” aku memegang tangannya lala “jatuh cinta
itu bumbunya gak hanya bahagia, ada bumbu kecewa, bumbu marah, bumbu sedih,
bumbu bosan, bumbu anyep pun juga ada.” Jelasku “Jadi gak selamanya kamu bisa
bahagia. Dan anggap aja bumbu-bumbu gak enak itu cobaan dari Allah, kamu udah
besar kamu ngerti tanpa kaka jelasin.” Lanjutku. Lala berpikir sejenak.
“Aku ngerti kok kak. Aku harus sabar, aku gak boleh nangis
dan aku harus tetap ceria, iya kan maksud kaka?”
“Yups, gak boleh nangis kayak gini lagi ya.” Kataku mencubit
pipi lala yang chubby.
“Aku sayang sama kaka” lala memelukku. Saat suasana lagi
sosweet, tiba-tiba hpku bergetar. Duh mengganggu suasana saja. Saat aku lihat
layar hp ternyata itu sms dari rio. Pasti dia mengirim kata-kata puitis lagi.
Hampir setiap malam dia selalu mengirim kata-kata indah yang membuatku melayang.
Entahlah itu hanya gombalan semata, atau memang itu isi hatinya. Yang jelas aku
merasa bahagia tiap dikirimi pesan singkat darinya.
“Siapa kak yang sms? Pacar ya? Kaka udah punya pacar ya? Kok
diem? Berarti benar ya kaka udah punya pacar?” lala bertanya seperti mengintrogasiku
seperti penjahat. “Bundaaaaa.. bun, kak eca lagi jatuh cinta nih.” Lala
teriak-teriak mengadu ke bunda. Langsung saja kubekap mulutnya biar dia gak
berisik lagi. Dia berontak, tapi sekuat tenaga ku bekap mulutnya. Setelah dia
diam dan tak bersuara lagi, baru aku lepaskan bekapannya.
“Ssst.. Aku belum jadian. Aku juga gak tau, aku sama dia
disebutnya apa. Kita gak ada status apa-apa. Jadi stop bikin cerita yang
ngarang ke bunda!” Jelasku agak sedikit membentak.
“Yaudah aku doain semoga kaka cepat jadian deh sama dia.
Nanti kita bisa double date deh. Ih senang banget deh aku bisa liat kak eca
yang gak pernah jatuh cinta sekarang jadi bisa jatuh cinta. Aku penasaran siapa
yang udah bisa bikin kaka aku jatuh cinta.” Lala menyeringai “by the way enakan
kak jatuh cinta?” ledek lala dengan memainkan alisnya. Dan aku hanya bisa
cengar-cengir.
v
Hari ini benar-benar melelahkan. Rasanya aku ingin cepat
sampai kamar, bertemu dengan my lovely bed. Tubuh ini serasa di injak-injak
orang gendut. Pegelnya naujibillah.
TATATTARAAAA!!! Akhirnya udah sampai pintu masuk, I’m coming
my lovely bed. Tapi ada yang aneh, saat aku baru membuka pintu sudah ada lala
yang menunggu dengan wajah riang gembira. Gak biasanya lala seperti ini.
Biasanya dia selalu menemuiku di kamar dan menggangguku saat aku sudah di
kamar. Dia tiba-tiba memelukku dan senyum-senyum sendiri. aku hanya memasang
tanpang kebingungan. Dia lalu menarik lembut tanganku ke arah ruang tengah. Duh
semakin tambah aneh saja ini anak. Apa dia mau bikin surprise untuk ku?
Mungkin. Tapi ulang tahun ku kan sudah lewat. Terus ada apa dengan anak ini???
Sesampai di ruang tengah aku pun tersontak kaget saat
melihat seseorang yang duduk di sebelah bunda. Dia pun terlihat kaget, tapi
mencoba menyembunyikannya lewat senyuman. Apa ini surprise untukku?? Duh lala memang
adik pengertian. Aku balas senyum manisnya itu. sangking asik melihat wajahnya
aku tidak mendengar kalau lala memanggil dan menggoyak-goyakan tanganku.
“Kak eca kenapa? Naksir yaaa? Sama p-a-c-a-r aku.” ledeknya.
APA??? PACAR??? DUAR!!! Hatiku seakan meledak. Saat aku
mendengar perkataan lala baru saja, jantungku seakan berhenti berdetak, mulut
ku serasa terkunci, tubuhku terkulai lemas, bibir ku hanya bisa menganga lebar,
mataku melotot tajam ke arah seseorang yang sebelah bunda, duh rasanya aku
pingin pingsan. ini benar-benar surprise untukku, surprise yang sangat
menyakitkan!
Bagaimana bisa aku mencintai seseorang yang ternyata adikku cintai
juga? Bagaimana bisa aku bahagia dengan orang yang bisa buat adikku bahagia
juga? Bagaimana bisa aku berharap bisa memiliki orang yang aku sayang yang
ternyata orang itu sudah milik adikku? Bagaimana bisa dia--pria yang selama ini
bisa membuatku bangkit dari asumsi ku sendiri bahwa lelaki itu bajingan, malah
membuatku terjatuh lagi??? Ternyata memang benar, orang yang bisa bikin kita tertawa
sekencang-kencangnya suatu saat akan bisa bikin kita menagis sekencang-kencang
juga. Pelupuk mata ini sudah tak kuat menahan sejuata air mata yang sudah ingin
menetes. Tapi aku coba untuk kuat. Aku tidak ingin lala bersedih juga.
Tanpa disadari lala dan pacarnya=cowok yang aku sayangi
melihatku dengan tatapan tajam. Ternyata aku terlalu larut dalam lamunan ku.
Bunda pun sudah meninggalkan ruangan ini. Dan sekarang hanya ada kami bertiga.
“Kak eca, selama ini sebenarnya aku pingin kenalin kak Mario
ke kakak. Tapi kalian sama-sama sibuk, jadi baru sekarang bisa dikenalinnya.”
Jelas lala.
“Kita udah saling kenal kok beb. Kita kan satu kampus.”
Jelas Mario alias rio. OEMJIIII BEB?? Teganya dia mengucap kata itu di depanku.
“Oh iya aku kok bisa lupa, kakak kan juga sama ya kampusnya
sama pacar aku hehe” kata lala dengan senyuman kecil. STOP LA STOP!! Panggil
dia dengan sebutan pacar kamu. Sakit hati aku mendengarnya. Aku hanya bisa fake
smile didepan mereka. Tanpa mereka tau rasanya aku ingin teriak! Ingin
meluapkan kesedihan ku!.
“Sayang, jalan sekarang aja yuk? Nanti keburu macet.” Tanya
lala ke Mario-rio. Dan Mario hanya mengangguk. Kemudian lala pergi ke kamarnya
mengambil tas.
Tinggal kami berdua. Rasanya menjadi kikuk. Tidak seperti
biasa. Aku hanya bisa merunduk, aku tak bisa menatap dia yang kini ternyata
pacar adikku sendiri. Tanpa disadari rio kini berada disampingku. Lalu dia
berbisik kepadaku.
“Aku mencintaimu key” bisiknya. APA? CINTA? Oh God! Rasanya
hati ini pengen meleleh dengarnya. Kalau aku tidak ingat dia pacar adikku, aku
mungkin juga akan mengatakan hal yang sama AKU MENCINTAIMU juga. Tapi aku masih
menghargai adikku. Aku tak ingin merusak hubungan mereka.
“Kenyataan ini terlalu menyakitkan untukku.” Bisiknya lagi.
Saat dia ingin membisikan sesuatu lagi, lala keburu datang dan memanggilnya. Lala
pamit padaku untuk pergi keluar bersama rio. Dan aku hanya bisa tersenyum
melihat kepergian mereka berdua.
Mereka sudah pergi, keluar dari ruangan ini. Pelupuk mata
ini sudah mengembang, tanpa aba-aba apapun bulir-bulir air mata ini jatuh di
pipi ku. Lama-lama semakin deras, tubuhku serasa lemas, aku pun terjatuh di
lantai. Jerit tangisku ternyata memanggil bunda untuk datang. Saat bunda
menghampiri ku dengan wajah penuh tanda tanya, dia langsung memelukku. Mungkin
ini yang aku butuhkan sekarang, ketenangan dan kehangatan dari bunda.
“Bunda, ternyata jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan ya.”
Tangisku dalam pelukan bunda.
Komentar
Posting Komentar